AKHIR YANG TAK INDAH
Orang-orang memanggilnya Ray, nama aslinya
adalah Muhammad Raihan Al Khawarizmi, nama yang indah bukan. Mungkin orang yang
mendengar namanya menganggapnya seorang yang tampan sempurna dan pastinya
berasal dari keturunan yang kaya raya. Tentu jika dia ditanya seperti itu dia
selalu dengan tegas menjawab TIDAK!! Dia bukan berasal dari keturunan
bangsawan yang kaya raya bukan seorang pemuda tajir yang penuh dengan harta.
Dia adalah Ray seorang anak muda dari desa terpencil di daerah
Yogyakarta, Ray berasal dari keluarga yang serba kekurangan dalam perekonomian,
tetapi tidak kekurangan untuk ilmu agama dan kasih sayang yang orang tuanya
berikan.
Ayahnya seorang buruh tani yang bertani di
lahan orang lain, ibunya hanya seorang pengrajin anyaman dan Ray memiliki
seorang adik perempuan yang cantik bernama Hafidzah Ramadhani yang masih kecil.
Keadaan keluarganya yang kekurangan membuat Ray harus membantu dan ikut
menopang ekomoni keluarga. Namun itu semua tidaklah menyurutkan semangat
belajarnya untuk menggapai sebuah tujuan yang ia impikan yaitu ke-SUKSES-an
dalam hidup. Kini Ray duduk di kelas XII SMAN 9 Yogyakarta, jenjang
terakhir untuk menempuh pendidikan.
Dikala pagi hari Ray sudah melakukan
rutinitas sejak aku mulai sekolah dasar, tepat pukul 04.00, Ray sudah selesai
merapihkan pekerjaan rumah dan siap untuk berangkat. Tak lupa ia selalu
berpamitan dengan ayah dan ibu yang sedang merapihkan kebun depan rumah.
“Ayah ibu, Ray pamit dulu berangkat
kesekolah”.ucapnya
“Iya nak, hati-hati di jalan, belajar yang
benar yo nang, supaya jadi anak yang pandai”. Jawab ayah dan ibu Ray.
Setiap hari Ray berangkat sangat pagi.
Bagaimana tidak, jarak ke sekolahnya cukup jauh sekitar 8 km karena di
desa belum terdapat SMA baru ada pendidikan hingga sekolah dasar
sehingga harus pergi kedesa seberang. Ray menempuhnya dengan menggunakan
sepeda bekas yang diberikan oleh saudaranya yang ada di Jepara. Ray melakukan
dengan senang hati dan menjalani kehidupan dengan keikhlasan.
Sesampainya di sekolah, tiba-tiba
terdengar suara yang memanggilnya.
“Ray..Ray…,” suara yang memanggilnya,ia segera
mencari sumber suara lembut itu, ternyata Zia gadis cantik,ramah dan baik yang
menjadi primadona disekolahku ini. Zia adalah anak dari kepala desa yang kaya
raya. Tapi, dia bukan anak yang sombong dan angkuh dengan kekayaannya.
“Iya zi, ada apa manggil aku pagi-pagi, ada
yang bisa aku bantu?” Tanya Ray
“Emm, aku mau nanya soal-soal buat ujian nanti,
bisa ga?” mohon zia.
Menolak permintaan primadona
sekolah yang kaya, sungguh sulit. Lalu, Ray mengiyakan permohonannya.
“Baiklah,tapi aku tidak bisa lama-lama, karena
aku harus segera pulang dan membantu ayahku dikebun.” Jawab Ray.
“Oke, makasih ya Ray atas bantuannya, ayo kita
ke kelas bel sudah berbunyi.” Ajak Zia.
Bel pulang sekolah telah
berbunyi, semua siswa keluar untuk segera pulang. Tiba-tiba langkahnya berhenti
ketika Ibu Azizah memanggilku untuk berbicara sebentar.
“Ray, ibu sangat senang sekali melihat
prestasimu yang membanggakan,nilai mu selalu mengalami peningkatan.” Ujar bu
azizah.
“Iya bu, terima kasih, saya masih mau
melanjutkan pendidikan saya untuk kuliah, tapi keadaan saya sepertinya tidak
memungkinkan untuk itu.” Jawab Ray
“Tenang saja nak, ibu sedang usaha untuk
mengirimkan kamu untuk dapat kesempatan beasiswa di Jakarta dan Bandung, jadi
ibu berharap kamu harus tetap semangat untuk dapat beasiswa.” Ujar bu azizah
yang terus memberi semangat pada Ray.
“Terima kasih bu, saya akan tetap berusaha
untuk meningkatkan nilai di ujian akhir ini. Kalau begitu saya pamit bu.
Selamat siang.” Jawab Ray.
Diam-dian Zia mendengar percakapan
Ray dengan ibu Azizah.
“Ray, Minggu depan kita Ujian Akhir Nasional,
aku gugup banget nih.” Kata Zia
“Haha, aku juga, emm maaf ya aku harus pulang
buru-buru karena ditunggu oleh ayahku.” Kata Raya memotong pembicaraannya dengan
Zia.
Sesampai dirumah Ray segera membantu ayahnya
disawah. Adiknya Hafidzah membantu ibu menganyam untuk dijual ke pasar. Ayah
Ray sudah tua dan mudah sakit sehingga Ray harus bekerja keras menyelesaikan
pekerjaan ayah agar mendapatkan upah untuk keluarga.
Tiba saatnya UAN, Ray
belajar dengan sangat rajin mengingat ucapan bu azizah yang sangat ia dambakan.
Namun semua tak berjalan mulus selalu ada rintangan yang harus dihadapi. Dihari
ujiannya, ayah ray sakit parah, dan harus segera di bawa kerumah sakit. Ray
sangat sedih, dia mempunyai tanggung jawab yang besar. Dia harus fokus dengan
ujiannya,dan kini dia harus bisa menjaga adik dan ibunya disaat ayahnya
terbaring lemah diatas tempat tidur, keluarga ray tidak mampu membawa ayahnya
ke klinik pengobatan, untuk makan saja mereka susah apalagi biaya pengobatan
yang mahal. Tabungannya pun selama ini tidak mungkin cukup.
Saat ujian berlangsung, ray
sangat tidak konsentrasi. Pikirannya selalu pada ayahnya, mukanya tampak lesu
karena tidak istirahat merawat ayahnya dan bekerja di sawah. Zia heran melihat
ray saat ini.
“Ray, kamu sedang ada masalah ya? Kamu
boleh cerita ke aku, mungkin aku bisa membantumu?” Tanya Zia.
“Aku memang sedang ada masalah, ayahku
saat ini sakit tapi keluargaku tidak bisa membawanya ke klinik sekalipun,”
Jawab Ray sambil tersedu-sedu.
“Sudahlah ray, pikirkan saja ujianmu dulu untuk
mencapai beasiswa nanti, maaf aku tak sengaja mendengar percakapan mu dengan bu
azizah saat itu.. Masalah ayahmu biar nanti aku yang bantu.” Kata Zia.
“Iya zi, tidak apa-apa, aku malu menceritakan
ini padamu,terima kasih atas tawaranmu aku mau berusaha sendiri untuk masalah
ini. Aku pulang duluan ya,sekali lagi terima kasih zi.” Kata Ray. Dia bergegas
pulang.
Ray pulang sekolah langsung pergi ke sawah
meneruskan pekerjaan ayahnya, sedangkan malamnya ia baru belajar untuk
ujiannya. Terasa cukup berat jika harus melakukan itu semua tapi lagi-lagi ray
mencoba ikhlas menjalani cobaan ini dan dia selalu bersyukur dengan semua yang
terjadi.
Sebagai teman yang baik, Zia pun tidak tega
melihat ray bekerja seperti itu disaat ujian akhir seperti ini. Zia memohon
bantuan pada ayahnya untuk membantu keluarga Ray. Ayah zia mau membantu
pengobatan ayahnya Ray.
Ray akhirnya mau menerima bantuan Zia, melihat
kondisi ayahnya yang harus segera dibawa ke klinik pengobatan. Sejak saat itu
keluarga Ray dan zia menjadi dekat, begitupun dengan Ray dan Zia yang semakin
akrab. Mereka sering pulang bareng, dan belajar bareng selama ujian
berlangsung.
“ Makasih ya zi, atas bantuan
buat keluargaku.” Kata Ray pada Zia.
“ Iya Ray, sama-sama selama ini
kamu sering bantu aku bahas soal.” Jawab Zia
Akhirnya, hari ujianpun telah berakhir.
Saatnya libur panjang sambil menunggu hasil pengumuman ujian. Ray mengisi waktu
liburan dengan menjadi buruh angkut dipasar dipagi hari sambil menjual hasil
anyaman ibunya dan melanjutkan pekerjaan ayahnya disawah pada siang hari.
Selama ayahnya sakit dia harus kerja lebih keras karena penghasilan menjual
anyaman tidaklah cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.
Hampir sebulan ayah Ray dirawat dibalai
pengobatan desa, karena ayahnya mengidap penyakit jantung, ayahnya pun pulang namun
tetap membutuhkan istirahat yang cukup, semua biaya pengobatan ditanggung oleh
keluarga Zia.
Tibalah saat yang dinantikan, hari
pengumuman kelulusan pun tiba. Semua siswa bergegas kesekolah untuk melihat
hasil ujiannya yang menentukan masa depan mereka, begitupun Ray dan Zia.
Ternyata mereka berdua lulus dengan nilai yang baik, dan hasil Ray pun sangat
baik,ia mendapat peringkat pertama disekolah dengan nilai yang nyaris sempurna.
Ray sangat senang sekali, ia dapat lulus.
Tapi dia tidak terlalu banyak berharap untuk dapat melanjutkan kuliah, bagi dia
anak kampung yang ga memiliki apa-apa. Bagi Ray lulus dari SMAN saja
merupakan prestasi dari semua pengorbanan dia untuk mendapatkan ilmu. Setelah
lulus dia hanya ingin mengembangkan ilmunya dan memanfaatkan untuk membantu
anak desa,mengajarkan mereka baca dan tulis.
Lain lagi dengan Zia, dia meneruskan
pendidikannya di kota yogya menjadi seorang perawat. Dia ingin sekali menjadi
perawat yang nantinya mengabdi pada desanya. Sekian lama mengenal dan dekat,
Ray dan Zia pun merasa kecocokan antara mereka. Tapi, mreka malu untuk saling
mengutarakannya. Kedekatan Zia dengan Ray tidak diizinkan oleh orang tua
Zia,karena perbedaan derajat keluarga. Hal ini membuat mereka tidak lagi bisa dekat.
Tanpa kuduga, sebuah amplop coklat
datang kerumah Ray. Itu adalah amplop surat pertama yang pernah Ray terima.
Ternyata surat yang Ray tunggu dan dambakan, sebuah surat yang menyatakan Ray
lulus seleksi untuk beasiswa di Bandung. Bu Azizah sangat senang ketika aku
mengabarkan berita itu. Usaha dan jasa bu azizah membuat Ray dapat melanjutkan
mimpinya untuk bisa melanjutkan kuliah di luar kota.
Awalnya Ray sangat gembira
sekali, tapi ketika Ray meliahat keluarganya dia merasa mereka membutuhkannya.
Teringat pula pada gadis di desa seberang sana, Tapi keluarga Ray meyakinkan
ray untuk tetap pada cita-citanya semula dan mengizinkan Ray untuk pergi ke
Bandung tanpa bekal uang kecuali ilmu yang Ray miliki. Selama Ray kuliah di
Bandung Ray membiayai hidupnya sendiri sebagai seorang kurir dengan penghasilan
yang dapat dibilang pas-pasan, tetapi itu tidak membuatnya mengeluh karena Ray
selalu melakukannya dengan ikhlas.
Segala sesuatu ia kerjakan
sendiri. Ray ternasuk anak yang pintar di universitasnya dia disenangi dengan
teman-temannya. Ray juga anak yang supel ramah dan baik sehingga banyak
temannya yang mau membantu Ray, tak jarang teman-teman Ray membantu dalam
dengan meminjamkan buku-buku kuliah yang tidak dimiliki Ray dan sebaliknya Ray
membantu mereka untuk mengerjakan tugas kuliah bersama-sama.
Setiap bulan, Ray mengirimkan
sebagian gaji yang ditabungkannya kepada orang tua dikampung tak jarang pula ia
mengirimkan sepucuk surat kepada Zia gadis yang dia sayangi dari sekian banyak
surat yang dia kirim, tak pernah ada balasan sepucuk suratpun yang ia terima.
Selama 4 tahun ini Ray dengan sekuat tenaga meluangkan waktu untuk terus
belajar mempertahankan beasiswanya dan sering memperoleh prestasi yang tidak
kecil, terkadang diapun menjadi asisten dosen untuk menggantikan disaat dosen
tidak masuk. Usaha yang kini ia jalani ternyata membuahkan hasil, Ray lulus
dengan peringkat tertinggi dan memperoleh gelar sarjana walaupun saat wisuda
kedua orangtuanya tidak dapat menghadiri. Seiring dengan itu banyak perusahaan
yang menawarinya dengan pekerjaan yang menggiurkan.
Setelah memiliki pekerjaan dan
lulus kuliah, Ray mengirimkan surat kepada ibunya,
“ Ayah, ibu dan adikku yang aku
sayangi,apa kabar? Aku sangat merindukan kalian, sekian lama aku tidak dapat bertemu
kalian.Aku mempunyai kabar gembira, kini aku sudah lulus menjalani kuliahku dan
mendapatkan gelar sarjana dengan nilai yang baik dan aku sudah diterima kerja
sebagai ketua ahli tekhnisi mesin di sebuah perusahaan besar. Insyaallah,
minggu depan aku akan pulang kerumah. Adikku tolong beritahukan kabar
kepulanganku kepada Zia. Demikian surat ananda kirim.
Tepat hari Sabtu pagi, aku
berangkat menuju Yogyakarta. Tak sabar hati Ray bertemu dengan ayah ibu dan
adiknya, begitupun dengan Zia. Saat tiba Ray segera mengetuk pintu rumahnya
yang sudah berubah
Tokk..tok..tok..
“ Assalamualaikum, ibuu?? “
panggil ray berkali-kali, namun tak ada jawaban.
Tak lama, terdapat sahutan dari
seseorang.
“ Nak rayhan ya?” sahut seorang
ibu yang merupakan tetangga lama ( ibu anya)
“ iya ibu, saya rayhan anak bapak
Narendra. Ibu tahu dimana keberadaan keluarga saya sekarang? Sejak pagi tidak ada
yang membukakan pintu.” Jawab Ray penuh harap.
“ Maafkan ibu nak Ray, saya
bingung harus menghubungi kamu kemana. Bapakmu sudah meninggal tak lama
kepergianmu. Ibumu tak mampu melanjutkan pekerjaan dan menjual rumah ini
bersama adikmu.” Ucap ibu.
“ ibu tau sekarang ibu saya
tinggal dimana?” jawab Ray penuh cemas dan menyesal.
“ saya kurang tau, mereka pergi
bersama pamanmu yang tinggal di jepara.” Jawab ibu.
“ baik ibu, saya sangat berterima
kasih atas infonya.” Ucap Rayhan.
“oh ya nak, Rayhan. Ini kumpulan
surat yang kamu kirim beserta weselnya. Sengaja ibu simpan, mungkin suatu saat
ada yang mencarinya.” Ucap ibu.
“ sekali lagi saya ucapkan terima
kasih ibu, saya mohon pamit.” Jawab Rayhan.
Rayhan pun terkejut melihat
tumpukan-tumpukan surat yang ada di tangannya, ternyata setelah sekian lama ia
berharap mendapat balasan dari ibunya, ternyata surat itu pun tidak pernah
sampai ke tangan ibunya. Akhirnya setelah medengar info keluarganya, dengan
perasaan sedih bercampur cemas Rayhan segera pergi menemui kekasih yang selama
ini sangat ia cintai, ia berharap ia dapat mengetahui kabar tentang keluarganya
dan kabar tentang sang pujaan hatinya itu, dan ia pun bergegas mencari rumah
Zia yang selalu ia hafal.
Sesampai dirumah Zia.
“ Permisi pak, ada Zia dirumah?”
tanya Rayhan
“ Zia sudah tidak tinggal disini,
dia sudah pergi bersama suaminya.” Jawab ayah Zia
“ Zia sudah menikah pak? Kapan ia
menikah?” Tanya Rayhan kembali
“ Putri saya, saya nikahi
seminggu yang lalu bersama putra keturunan tumenggung daerah Sleman.” Jawab
ayah Zia.
“ baik pak, terima kasih. Salam
untuk ibu, saya Rayhan putra bapak Narendra. Saya pamit dahulu.” Pamit Rayhan.
Rayhan semakin bingung dengan
keadaan ini, hubungan dengan keluarga di Jepara sudah terputus lama. Rayhan
bingung harus bagaimana mengunjungi keluarganya. Kecemasan terus menghantui,
peluk rindu yang selalu didambakan sekian lama tak mampu cepat ia dapatkan.
Bukan kabar gembira melihat keutuhan keluarga, melainkan kesedihan keluarga
yang tak pernah ia rasakan selama ini.
Karena tidak ada jaringan di
handphone Rayhan, kemudian Rayhan pun pergi
ke wartel untuk menghubungi keluarganya yang berada di Jepara. Tak lama
kemudian, keluarganya yang di Jepara pun mengangkat telepon dari Rayhan.
“ Assalamualaikum ” Kata Rayhan
“ Walaikumsalam ” Sahut pamannya
“ Apa benar ini dengan paman
Didin? ” Tanya Rayhan
“ Iya benar, ini siapa ya? ”
Sahut paman Didin
“ Ini Rayhan paman, saya
mendatangi rumah ibu di Yogyakarta tapi orang bilang ibu sudah menjual rumahnya
dan ikut pergi bersama paman. Saya ingin tahu bagaimana keadaan ibu sekarang?”
jawab Rayhan penuh harap.
“ Alhamdulillah, paman bingung
menghubungi kamu bagaimana. Ibu dan adikmu sudah tinggal bersama paman dan bibi
setelah ayahmu meninggal.” Sahut paman.
“ Baik paman, saya akan menyusul
ke Jepara untuk melihat keadaan ibu dan adik.” Rayhan Antusias.
Setelah mendapat kabar keberadaan
ibu dan adiknya, ia segera bergegas menuju ke Jepara. Selama perjalanan Rayhan
tak sabar ingin melihat wajah wanita yang selama ini selalu ia rindukan. Setelah perjalanan panjang, ia tiba di Jepara
dan menemui keluarga paman disana.
“Tok..tok..tok”
“Paman
Didin pun membukakan pintu”
“Paman
apakah ibu ada di rumah?” Tanya Rayhan
“Rayhan,
sebenarnya paman ingin memberitahukan sesuatu kepadamu, tapi paman tidak tega
ingin membicarakan hal ini sekarang rayhan, mungkin besok paman akan
beritahukan besok kepada kamu” Jawab Paman Didin
“Ada
apa paman?” Rayhan pun panik
“sudahlah
Rayhan, kamu istirahat saja, besok akan paman beritahukan kepadamu” Jawab paman
Didin
Rayhan
yang panik pun pergi berlari mencari ibunya ke setiap sudut rumah, berharap ia
akan bertemu dengan ibunya. Dan ternyata setelah capek mencari ke setiap sudut
rumah, rayhan pun tidak menemukan ibunya. Akhirnya Rayhan pun beristirahat di
hantui dengan rasa takut, dan panik karena Rayhan ingin bertemu dengan ibunya,
rayhan sangat ingin melepas rasa rindu yang sudah lama terpendam di dalam hati
Rayhan.
Akhirnya
keesokan harinya setelah Shalat subuh pun Rayhan pergi ke kamar pamannya, tapi
ternyata Rayhan pun tidak bertemu dengan pamannya karena pamannya sudah pergi
bekerja. Rasa panik pun tambah menjadi jadi di dalam hati rayhan. Akhirnya
Rayhan dengan sabar menunggu kepulangan pamannya di rumah, dan akhirnya setelah
menunggu lama paman Didinpun pulang ke rumah, saat yang ditunggu tunggu Rayhan
untuk bertanya kepada pamannya pun tiba juga. Setelah paman Didin mandi rayhan
pun bertanya kepada pamannya
“
Paman, dimanakah ibu dan adik saya berada? ” Tanya Rayhan
“
Nak, besok paman akan mengajakmu untuk bertemu ibu dan adikmu ” Jawab Paman
“
Paman apa sebenarnya yg terjadi dengan ibu dan adik? Saya sangat ingin bertemu
dengan mereka” Tanya rayhan
“
Tenang saja nak, besok paman akan membawamu ke tempat mereka berada, sekarang
kita makan saja dulu, pasti sejak dari tadi pagi kamu belum makan karena pusing
memikirkan keberadaan ibu dan adikmu” Sahut paman
“
baiklah paman…” jawab rayhan
Rayhan
pun kembali dihantui rasa takut, dan curiga terhadap pamannya karena setiap
Rayhan bertanya kepada pamannya tentang keberadaan ibu dan adiknya pamannya
selalu tidak mau menjawab, pamannya selalu mngelak dari pertanyaan itu.
Malam
pun tiba, rayhan sangat tidak tenang sepanjang malam, dia sangat penasaran
dengan apa yang terjadi dengan ibu dan adiknya. Rayhan pun terjaga sepanjang
malam karena ia bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu dan
adiknya.
Akhirnya
hari yang ditunggu-tunggu pun datang, Rayhan sangat bersemangat ingin bertemu
dengan ibu dan adiknya. Paman pun datang menghampiri Rayhan dan mengajak Rayhan
untuk pergi menemui ibunya. Perjalanan terasa begitu berbeda, rasa penasaran,
rindu dan takut menghampiri Rayhan. Begitu banyak pertanyaan yang menhantui
pikirannya.
“ Bagaimana keadaan ibu dan
adikku?”
“ bagaimana wajah dan keharuan
yang menyelimuti rasa yang amat dalam ini.” Pikiran itu yang selalu datang
silih berganti.
Selama
perjalanan, paman berusaha mencairkan suasana yang tegang dengan menceritakan
masa kecil Rayhan bersama ayah dan ibunya. Gelak tawa sedikit menyeruak diatara
percakapan mereka. Namun hal itu tak merubah suasana hati Rayhan yang tak
menentu. Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya tiba disebuah tempat
yang tak diduga.
“ paman, mengapa kita sampai di
pemakaman? Siapa keluarga yang ingin paman ziarahi? Tanya Rayhan dengan nada
bingung.
“ ayo ikuti paman” jawab paman.
“paman aku semakin bingung,
dimana ibuku paman? Kenapa paman membawaku ke tempat ini? Semakin bingung
Rayhan dibuatnya.
“ Rayhan, kemari! Ini tempat
ibumu yang kau cari.” Ucap paman iba tak tahan menahan haru.
“ mengapa semua ini terjadi ibu,
kenapa semua meninggalkanku begitu cepat.” Rintihan Rayhan di pusara ibunya.
Lama Rayhan termenung menatap
pusara ibu, menyesali tak sempat memberikan kebahagiaan untuk kedua orang tua
yang ia sayangi. Pengorbanan selama ini terasa begitu sia-sia, ketika semua
harapan ini mulai nyata, ia tak sempat memberikan senyuman kebahagiaan atas
segala kesuksesan yang ia perjuangkan selama ini.
“ Nak, sudah jangan kau sesali
yang sudah terjadi. Semua merupakan yang terbaik diberikan Tuhan untuk mereka.”
Ajak paman untuk menghibur Rayhan.
“ Lalu paman dimanakah adikku
sekarang berada? ” Tanya Rayhan
“ Ayo paman tunjukkan tempat
adikmu berada ” Jawab Paman
Ternyata
tak jauh dari pemakaman ibunya ada sebuah makam yang batu nisannya terpampang
nama adiknya, kesedihan Rayhan pun bertambah setelah mengetahui ternyata ibu
dan adiknya sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Belum
hilang pedih kehilangan orang tua yang ia sayangi, hanya ada seorang yang ia
harapakan untuk dapat ditemui namun kenyataan tak sesuai harapan, gadis kecil
yang manja dan rewel padanya juga ikut meninggalkannya. Tak ada yang dapat ia
jumpai selain batu nisan dan kenangan indah keluarganya.
Isak
tangis tak dapat ditutupi oleh Rayhan. Selama 4 tahun ia meninggalkan
keluarganya tan bias ia memberikan yang terbaik. Untuk mempertahankan
keluarganya pun semua terasa amat terlambat, tak ada lagi yang dapat ia
lakukan, hanya penyesalan yang terus ia rasakan.
“
Rayhan, sudah nak. Semua tak ada yang patut disesali.” Ucap paman.
Paman mengajaknya kembali kerumah
untuk menenangkan diri, atas apa yang terjadi padanya. Sepanjang perjalanan
pulang kerumah Rayhan pun menangis tersedu-sedu di dalam mobil. Akhirnya paman
pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Rayhan. Sebenarnya
adik dan ibunya sudah telah lama meninggal semenjak kepergian ayahnya. Sewaktu
sampai di Jepara. Ibu dan adiknya depresi semenjak kepergian ayahnya, karena
terlalu depresi akhirnya sewaktu ibu dan adiknya pergi menyeberang mereka
tertabrak mobil dan meninggal dunia. (ZNA)