Kamis, 25 Juni 2015

TRAGEDI SETIAP KAMIS MALAM
Cerita pendek

Pukul 16.30, suatu senja yang sangat indah di kosan abu-abu bertingkat dua. Warna khas senja yang memancar jelas di  langit menyinari kamarku yang berada dilantai dua. Balkon kecil merupakan tempat yang pas menghadap matahari yang mulai tertutupi awan seperti ingin beristirahat setelah lelahnya menyinari siang yang terasa sangat panjang. Burung-burung berterbangan balik ke sarangnya setalah seharian mencari makan. Sore ini sangat nyaman, setelah beraktifitas di kampus yang cukup padat.
Teringat ini dalah hari kamis, merupakan jadwal pasar malam yang selalu rame memenuhi daerah kosanku. Lapangan yang kira-kira berjarak dua puluh meter dari gerbang kosan, merupakan tempat biasanya digelar berbagai jualan hingga memanjang memenuhi ruas jalan. Pedagang yang berjualan merupakan kelompok pedagang yang setiap malam berpindah lokasi secara dadakan. Tak heran pasar ini sering disebut pasar kaget. Tak memakan cukup waktu, waktu berjalan hampir masuk magrib sudah banyak pedagang yang datang dan mengambil tempat strategis  untuk berjualan.
Di sekelilingku yang jelas terdengar adalah bunyi lagu dangdut koplo yang disetel keras oleh pedagang kaset bajakan dengan speaker yang dibawanya, tanpa memikirkan telinga orang yang berada dekat disana. Lapangan kosong kini berubah menjadi tenda tenda sederhana yang diisi berbagai macam jualan dan permainan anak kecil. Hiruk pikuk warga sekitar ikut meramaikan suasana yang memasuki malam ini. Lalu lalang kendaraan semakin membuat keadaan padat, bahkan untuk berjalanpun sangat susah.
Puncak keramaian hingga pukul sembilan malam. Para pengunjung yang membawa anak segera kembali kerumah. Sebagian pedagang sudah mulai merapihkan barang dagangannya, ada yang habis ada pula yang masih tersisa banyak. Jalanan yang padat kini mulai terasa longgar, barisan pedagang makanan sudah mulai bubar sambil tersenyum bahagia karena habis diborong. Suasana kini kembali hening menyelimuti malam seperti malam yang lain. Tak ada lagi bunyi keras lagu koplo, warna warni lampu hias, dan suara gelak tawa pengunjung. Hanya tersisa sampah yang masih banyak memenuhi jalan.

Pukul sepuluh pintu gerbang kosan mulai tutup, semuanya kembali kepada keadaan biasanya. Pengunjung tadi sudah kembali kerumah setelah sejenak mengisi hiburan dan pedagang sudah kembali kerumah masing-masing untuk kembali berkumpul bersama keluarga dengan rasa lelah setelah menajajakan jualannya. Aku pun bergegas merapihkan tugas yang aku tinggal sejenak, dan beristirahat untuk mempersiapkan kuliah pagi yang sudah tertulis jelas di dinding kamarku. (zna)
Nama               : Zahratun Nihayah
NIM                : 1113-046000-024
Mata Kuliah    : Akuntansi Syariah
Tugas               : Penafsiran Surat Al.Baqarah 282, menurut sudut pandang Akuntansi.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلَّا تَرْتَابُوا إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ                                             
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Al Baqarah : 282
Penafsiran surat Al-Baqarah ayat 282

1.           Hendaklah Dituliskan Segala Utang Piutang
» يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu),
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya……..
Kata “Dain” atau utang terdapat antara dua orang yang hendak berjual, karena yang seorang meminta supaya dia tidak membayar tunai melainkan dengan utang. Muamalah seperti ini diperbolehkan syara` dengan syarat ditangguhkannya pembayaran itu sampai satu tempo yang ditentukan. Tidak sah menagguhkan pembayaran itu dengan tidak jelas tempo pembayarannya.
Selanjutnya ayat itu menjelaskan, bahwa orang yang berutang sendiri hendaklah mengucapkan utangnya dan tempo pembayarannya dengan cara imlak atau didektekan maka barulah juru tulis itu menuliskan apa yang telah diimlakkan nyaitu, dengan tidak merusak sedikit jua pun dari perjanjian dan jumlah utang yang telah dikatakannya. .  (Abdul Halim
Hasan. 2006:168)
Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimim agar memelihara muamalah
utang-utangnya masalah qiradh dan silm yaitu barangnya belakangan tetapi uangnya dimuka yang menjual barang pada waktu yang telah ditentukan agar menulis sangkutan tersebut. Juru tulis adalah orang yang adil yang tidak memihak sebelah pihak saja. Hendaknya yang emberi utang mengutarakan maksudnya agar ditulis oleh juru tulis dan tidak mengurangi sedikitpun hak orang lain demi kepentingan pribadi. (Ahmad Musthafa Al Maraghi, 1986:127)
2.      Jika Yang Berutang Seorang Yang Dungu
فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ
….. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur……
Kata “safih” ialah orang yang dungu, orang bodoh, yang otaknya mengalami gangguan
atau seorang boros dan mubazir yang memboroskan uangnya ketempat yang tidak berguna. Orang “daif” ialah orang yang sudah terlalu tua atau anak-anak yang belum baligh. Dalam keadaan itu wali mereka itulah yang bertindak mengimlakkan akad maka apabila tidak ada yaitu dengan hakim.
3.      Dua Orang Saksi Dalam Utang Piutang
َاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى
……Jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya……
Ayat ini menerangkan, bahwa orang yang hendak mengadakan utang piutang hendaklah menghadapkan kepada dua orang saksi laki-laki muslim atau dua orang laki-laki dan dua orang perermpuan. Kesaksian dua orang permpuan sama dengan kesaksian seorang laki-laki menurut
malik dan syafi`I.  jika diantaranya terlupa maka dapat diingatkan oleh orang yang lain yang disyaratkan kepada perempuan karena perempuan itulah lebih lemah dari laki-laki.
4.     Saksi Janganlah Enggan
وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا
……Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil…..
Dalam tafsir Jalalain, lafazh يَأْبَ وَلا diterjemahkan ( dan janganlah merasa enggan atau berkeberatan, lafazh كَاتِبٌ dimaknai sebagai penulis bisa juga bermakna seorang akuntan. أَنْ يَكْتُبَ jika diminta untuk menuliskannya. كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ sebagaimana Allah  telah mengajarkanya menulis, dalam tafsir jalalain, yang terakhir ini memiliki penekanan, huruf Kaf berhubungan dengan  lafazh “ya;ba” maka perintah “fal yaktub “ sebagai penguat. dari baris kedua ayat 282 surah Al Baqarah  ini kita belajar mengenai perintah Allah juga diperuntukkan secara jelas kepada kalangan akuntan. Untuk memanfaatkan ilmu akuntansi yang telah diperolehnya membantu pembukuan pengusaha atau entreprenurship yang tidak memiliki kemampuan akuntansi yang matang, dan kalangan akuntan pun jangan merasa berkecil hati bila yang meminta untuk membuat dan menyusun pembukuan itu entreprenurship dari kalangan Small Medium Enterprise yang secara omzet usaha maupun asset nya belum banyak tumbuh sehingga walaupun dengan penghasilan yang tidak terlalu besar, kalangan akuntan tetap bisa mencurahkan ilmu nya untuk membantu pembukuan usaha kecil menengah mikro yang membutuhkan sangat tenaga akuntan untuk membantu pembukuan dan membuat laporan keuangan agar usaha nya mampu bankable. Atau dapat berhubungan dengan lembaga keuangan syariah.



5.     Jangan Bosan Mencatat
وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلَّا تَرْتَابُوا إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ
….dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu),kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,Maka tidak ada dosabagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlahapabila kamu berjual beli……
            Janganbosan menuliskan disini dimaksudkan yaitu menuliskan sekalian utang piutang, baik yang kecil maupun yang besar. Dituliskan jumlahnya dan tempo pembayarannya. Itulah yang lebih adil karena jika perselisihan tentulah kesaksian yang tertulis itu lebih adil dan lebih dapat membantu menjelaskan kebenaran.
  Ayat ini merupakan dalil yangmenunjukkan bahwa tulisan merupakan bukti yang dapat diterima apabila sudah memennuhi syarat, dan penulisan ini wajib untuk urusan kecil maupun besar juga tidak boleh meremehkan hak sehingga tidak hilang.
6. Juru Tulis Janganlah Merugikan
 وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
…….Jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah;……….
Kata “Wala Yudharra” dapat diartikan dengan dua makna yaitu, jangan memberi
mudarat dan jangan menanggung mudarat. Menurut arti yang pertama, juru tulis atau
saksi janganlah berlaku curang dalam menuliskan atau menyaksikannya baik
terhadap orang yang berutang maupun terhadap or ang yang berpiutang.  (Abdul Halim Hasan. 2006:168-175)
Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menyewakan (menghutangkan) sesuatu hendaklah dengan timbangan atau ukuran yang tertentu dan dalam waktu yang tertentu pula”. Sehubungan dengan itu Allah swt menurunkan ayat ke 282. Sebagai perintah apabila mereka utang-piutang maupun mu’amalah dalam waktu tertentu hendaklah ditulis perjanjian dan mendatangkan saksi. Hal mana untuk menjaga terjadinnya sengketa pada waktu-waktu yang akan datang. (HR. Bukhari dari sofyan bin Uyainah dari Ibnu Abi Najih dari Abdillah bin katsir Abi Minhal dari Ibnu Abbas). Ayat ini adalah ayat yang terpanjang dalam al-Quran dan berbicara soal hak manusia. Yaitu memelihara hak keuangan masyarakat. 

            Untuk memperoleh kenikmatan hidup dan manfaat dari harta dapat ditempuh jalan yang haram akan tetapi allah menetapkan jalan yang halal yaitu pinjam meminjam dan utang piutang tanpa bunga.
1. Apabila terjadi transaksi jual beli atau pinjaman hendaknya jelas dikemukakan syarat-syarat pembayarannya termasuk waktu pembayarannya.
2. Hendaknya ditulis dan diperkuat oleh dua orang saksi.
3. Penulis dan saksi hendaklah bersifat adil dan dapat dipercaya sehingga tidak terjadi kecurangan.
4. Bagi yang tidak mampu menutarakan keinginannya dapat meminta wali.
5. Saksi teridi dari dua laki-laki atau satu laki-laki dan dua perempuan.
Ayat ini menerangkan bahwa dalam utang piutang atau transaksi yang tidak kontan
hendaklah untuk dituliskan sehingga ketika ada perselisihan dapat dibuktikan.
Dalam kegiatan ini pula diwajibkan untuk ada dua orang saksi yang adil dan
tidak merugikan pihak manapun, saksi ini adalah orang yang mennyaksikan proses
utang piutang secara langsung dan dari awal.
            Dalam menuliskan utang piutang haruslah dngan jelas atas kesepakatan kedua belah pihak baik waktu dan jumlah utangnya. Bagi yang tidak punya kemampuan dalam mengutarakan keinginanya dapat diwakilkan kepada walinya. Keadaaan yang seperti ini diperbolehkan dengan
syara` dengan ketentuan tidak adanya salah satu pihak yang merasa dirugikan.
            Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya : Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajar kamu, dan Allah Maha Mengetahui segL sesuatu.  Menutup ayat ini dengan perintah bertakwa yang disusul dengan mengingatkan pengajaran Ilahi merupakan penutup yang amat sangat tepat karena sering kali yang melakukan transaksi perdagangan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai cara yang terselubung untuk menarik keuntungan sebanyak mungkin. Dari sini, peringatan tentang perlunya takwa serta mengingat pengajaran Ilahi sangat tepat – Al. Biqai’

Daftar Pustaka:
1.      Thaba’thabai. (2010). Tafsir Al- Mizan,Jakarta.
2.      Nasution, Suriyanti. 2013. Tafsir Q.S. Al Baqarah 282 (Utang Piutang), (http://www.suryantinasutionumy.wordpress.com), diakses tanggal 20 November 2014.
3.      Kismawadi. 2012. My Note: tafsir Al Baqarah 282 (Akuntansi Syariah). (http://www.kismawadi.blogspot.com), diakses tanggal 20 November 2014.


AKHIR YANG TAK INDAH

            Orang-orang memanggilnya Ray, nama aslinya adalah Muhammad Raihan Al Khawarizmi, nama yang indah bukan. Mungkin orang yang mendengar namanya menganggapnya seorang yang tampan sempurna  dan pastinya berasal dari keturunan yang kaya raya. Tentu jika dia ditanya seperti itu dia selalu dengan tegas menjawab TIDAK!! Dia  bukan berasal dari keturunan bangsawan yang kaya raya bukan seorang pemuda tajir yang penuh dengan harta.  Dia adalah Ray seorang anak muda dari desa terpencil di daerah Yogyakarta, Ray berasal dari keluarga yang serba kekurangan dalam perekonomian, tetapi tidak kekurangan untuk ilmu agama dan kasih sayang yang orang tuanya berikan.
            Ayahnya seorang buruh tani yang bertani di lahan orang lain, ibunya hanya seorang pengrajin anyaman dan Ray memiliki seorang adik perempuan yang cantik bernama Hafidzah Ramadhani yang masih kecil. Keadaan keluarganya yang kekurangan membuat Ray harus membantu dan ikut menopang ekomoni keluarga. Namun itu semua tidaklah menyurutkan semangat belajarnya untuk menggapai sebuah tujuan yang ia impikan yaitu ke-SUKSES-an dalam hidup. Kini Ray duduk di kelas XII SMAN 9 Yogyakarta, jenjang terakhir untuk menempuh pendidikan.
Dikala pagi hari Ray sudah melakukan rutinitas sejak aku mulai sekolah dasar, tepat pukul 04.00, Ray sudah selesai merapihkan pekerjaan rumah dan siap untuk berangkat. Tak lupa ia selalu berpamitan dengan ayah dan ibu yang sedang merapihkan kebun depan rumah.
            “Ayah ibu, Ray pamit dulu berangkat kesekolah”.ucapnya
            “Iya nak, hati-hati di jalan, belajar yang benar yo nang, supaya jadi anak yang pandai”. Jawab  ayah dan ibu Ray.
            Setiap hari Ray berangkat sangat pagi. Bagaimana tidak,  jarak ke sekolahnya cukup jauh sekitar 8 km karena di desa belum terdapat SMA  baru ada pendidikan hingga sekolah dasar  sehingga harus pergi kedesa seberang. Ray menempuhnya dengan menggunakan sepeda bekas yang diberikan oleh saudaranya yang ada di Jepara. Ray melakukan dengan senang hati dan menjalani kehidupan dengan keikhlasan.
Sesampainya di sekolah, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya.
            “Ray..Ray…,” suara yang memanggilnya,ia segera mencari sumber suara lembut itu, ternyata Zia gadis cantik,ramah dan baik yang menjadi primadona disekolahku ini. Zia adalah anak dari kepala desa yang kaya raya. Tapi, dia bukan anak yang sombong dan angkuh dengan kekayaannya.
            “Iya zi, ada apa manggil aku pagi-pagi, ada yang bisa aku bantu?” Tanya Ray
            “Emm, aku mau nanya soal-soal buat ujian nanti, bisa ga?” mohon zia.
Menolak permintaan primadona sekolah yang kaya, sungguh sulit. Lalu, Ray mengiyakan permohonannya.
            “Baiklah,tapi aku tidak bisa lama-lama, karena aku harus segera pulang dan membantu ayahku dikebun.” Jawab Ray.
            “Oke, makasih ya Ray atas bantuannya, ayo kita ke kelas bel sudah berbunyi.” Ajak Zia.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua siswa keluar untuk segera pulang. Tiba-tiba langkahnya berhenti ketika Ibu Azizah memanggilku untuk berbicara sebentar.
            “Ray, ibu sangat senang sekali melihat prestasimu yang membanggakan,nilai mu selalu mengalami peningkatan.” Ujar bu azizah.
            “Iya bu, terima kasih, saya masih mau melanjutkan pendidikan saya untuk kuliah, tapi keadaan saya sepertinya tidak memungkinkan untuk itu.” Jawab Ray
            “Tenang saja nak, ibu sedang usaha untuk mengirimkan kamu untuk dapat kesempatan beasiswa di Jakarta dan Bandung, jadi ibu berharap kamu harus tetap semangat untuk dapat beasiswa.” Ujar bu azizah yang terus memberi semangat pada Ray.
            “Terima kasih bu, saya akan tetap berusaha untuk meningkatkan nilai di ujian akhir ini. Kalau begitu saya pamit bu. Selamat siang.” Jawab Ray.
Diam-dian Zia mendengar percakapan Ray dengan ibu Azizah.
            “Ray, Minggu depan kita Ujian Akhir Nasional, aku gugup banget nih.” Kata Zia
            “Haha, aku juga, emm maaf ya aku harus pulang buru-buru karena ditunggu oleh ayahku.” Kata Raya memotong pembicaraannya dengan Zia.
            Sesampai dirumah Ray segera membantu ayahnya disawah. Adiknya Hafidzah membantu ibu menganyam untuk dijual ke pasar. Ayah Ray sudah tua dan mudah sakit sehingga Ray harus bekerja keras menyelesaikan pekerjaan ayah agar mendapatkan upah untuk keluarga.
Tiba saatnya  UAN, Ray belajar dengan sangat rajin mengingat ucapan bu azizah yang sangat ia dambakan. Namun semua tak berjalan mulus selalu ada rintangan yang harus dihadapi. Dihari ujiannya, ayah ray sakit parah, dan harus segera di bawa kerumah sakit. Ray sangat sedih, dia mempunyai tanggung jawab yang besar. Dia harus fokus dengan ujiannya,dan kini dia harus bisa menjaga adik dan ibunya disaat ayahnya terbaring lemah diatas tempat tidur, keluarga ray tidak mampu membawa ayahnya ke klinik pengobatan, untuk makan saja mereka susah apalagi biaya pengobatan yang mahal. Tabungannya pun selama ini tidak mungkin cukup.
Saat ujian berlangsung, ray sangat tidak konsentrasi. Pikirannya selalu pada ayahnya, mukanya tampak lesu karena tidak istirahat merawat ayahnya dan bekerja di sawah. Zia heran melihat ray saat ini.
            “Ray, kamu sedang ada masalah ya? Kamu boleh cerita ke aku, mungkin aku bisa membantumu?” Tanya Zia.
            “Aku memang sedang ada masalah, ayahku saat ini sakit tapi keluargaku tidak bisa membawanya ke klinik sekalipun,” Jawab Ray sambil tersedu-sedu.
            “Sudahlah ray, pikirkan saja ujianmu dulu untuk mencapai beasiswa nanti, maaf aku tak sengaja mendengar percakapan mu dengan bu azizah saat itu.. Masalah ayahmu biar nanti aku yang bantu.” Kata Zia.
            “Iya zi, tidak apa-apa, aku malu menceritakan ini padamu,terima kasih atas tawaranmu aku mau berusaha sendiri untuk masalah ini. Aku pulang duluan ya,sekali lagi terima kasih zi.” Kata Ray. Dia bergegas pulang.
            Ray pulang sekolah langsung pergi ke sawah meneruskan pekerjaan ayahnya, sedangkan malamnya ia baru belajar untuk ujiannya. Terasa cukup berat jika harus melakukan itu semua tapi lagi-lagi ray mencoba ikhlas menjalani cobaan ini dan dia selalu bersyukur dengan semua yang terjadi.
            Sebagai teman yang baik, Zia pun tidak tega melihat ray bekerja seperti itu disaat ujian akhir seperti ini. Zia memohon bantuan pada ayahnya untuk membantu keluarga Ray. Ayah zia mau membantu pengobatan ayahnya Ray.
            Ray akhirnya mau menerima bantuan Zia, melihat kondisi ayahnya yang harus segera dibawa ke klinik pengobatan. Sejak saat itu keluarga Ray dan zia menjadi dekat, begitupun dengan Ray dan Zia yang semakin akrab. Mereka sering pulang bareng, dan belajar bareng selama ujian berlangsung.
“ Makasih ya zi, atas bantuan buat keluargaku.” Kata Ray pada Zia.
“ Iya Ray, sama-sama selama ini kamu sering bantu aku bahas soal.” Jawab Zia
            Akhirnya, hari ujianpun telah berakhir. Saatnya libur panjang sambil menunggu hasil pengumuman ujian. Ray mengisi waktu liburan dengan menjadi buruh angkut dipasar dipagi hari sambil menjual hasil anyaman ibunya dan melanjutkan pekerjaan ayahnya disawah pada siang hari. Selama ayahnya sakit dia harus kerja lebih keras karena penghasilan menjual anyaman tidaklah cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.
            Hampir sebulan ayah Ray dirawat dibalai pengobatan desa, karena ayahnya mengidap penyakit jantung, ayahnya pun pulang namun tetap membutuhkan istirahat yang cukup, semua biaya pengobatan ditanggung oleh keluarga Zia.
            Tibalah saat yang dinantikan,  hari pengumuman kelulusan pun tiba. Semua siswa bergegas kesekolah untuk melihat hasil ujiannya yang menentukan masa depan mereka, begitupun Ray dan Zia. Ternyata mereka berdua lulus dengan nilai yang baik, dan hasil Ray pun sangat baik,ia mendapat peringkat pertama disekolah dengan nilai yang nyaris sempurna.
            Ray sangat senang sekali, ia dapat lulus. Tapi dia tidak terlalu banyak berharap untuk dapat melanjutkan kuliah, bagi dia anak kampung yang ga memiliki apa-apa.  Bagi Ray lulus dari SMAN saja merupakan prestasi dari semua pengorbanan dia untuk mendapatkan ilmu. Setelah lulus dia hanya ingin mengembangkan ilmunya dan memanfaatkan untuk membantu anak desa,mengajarkan mereka baca dan tulis.
            Lain lagi dengan Zia, dia meneruskan pendidikannya di kota yogya menjadi seorang perawat. Dia ingin sekali menjadi perawat yang nantinya mengabdi pada desanya. Sekian lama mengenal dan dekat, Ray dan Zia pun merasa kecocokan antara mereka. Tapi, mreka malu untuk saling mengutarakannya. Kedekatan Zia dengan Ray tidak diizinkan oleh orang tua Zia,karena perbedaan derajat keluarga. Hal ini membuat mereka tidak lagi bisa dekat.    
            Tanpa kuduga, sebuah amplop coklat datang kerumah Ray. Itu adalah amplop surat pertama yang pernah Ray terima. Ternyata surat yang Ray tunggu dan dambakan, sebuah surat yang menyatakan Ray lulus seleksi untuk beasiswa di Bandung. Bu Azizah sangat senang ketika aku mengabarkan berita itu. Usaha dan jasa bu azizah membuat Ray dapat melanjutkan mimpinya untuk bisa melanjutkan kuliah di luar kota.
Awalnya Ray sangat gembira sekali, tapi ketika Ray meliahat keluarganya dia merasa mereka membutuhkannya. Teringat pula pada gadis di desa seberang sana, Tapi keluarga Ray meyakinkan ray untuk tetap pada cita-citanya semula dan mengizinkan Ray untuk pergi ke Bandung tanpa bekal uang kecuali ilmu yang Ray miliki. Selama Ray kuliah di Bandung Ray membiayai hidupnya sendiri sebagai seorang kurir dengan penghasilan yang dapat dibilang pas-pasan, tetapi itu tidak membuatnya mengeluh karena Ray selalu melakukannya dengan ikhlas.
Segala sesuatu ia kerjakan sendiri. Ray ternasuk anak yang pintar di universitasnya dia disenangi dengan teman-temannya. Ray juga anak yang supel ramah dan baik sehingga banyak temannya yang mau membantu Ray, tak jarang teman-teman Ray membantu dalam dengan meminjamkan buku-buku kuliah yang tidak dimiliki Ray dan sebaliknya Ray membantu mereka untuk mengerjakan tugas kuliah bersama-sama.
Setiap bulan, Ray mengirimkan sebagian gaji yang ditabungkannya kepada orang tua dikampung tak jarang pula ia mengirimkan sepucuk surat kepada Zia gadis yang dia sayangi dari sekian banyak surat yang dia kirim, tak pernah ada balasan sepucuk suratpun yang ia terima. Selama 4 tahun ini Ray dengan sekuat tenaga meluangkan waktu  untuk terus belajar mempertahankan beasiswanya dan sering memperoleh prestasi yang tidak kecil, terkadang diapun menjadi asisten dosen untuk menggantikan disaat dosen tidak masuk. Usaha yang kini ia jalani ternyata membuahkan hasil, Ray lulus dengan peringkat tertinggi dan memperoleh gelar sarjana walaupun saat wisuda kedua orangtuanya tidak dapat menghadiri. Seiring dengan itu banyak perusahaan yang menawarinya dengan pekerjaan yang menggiurkan.
Setelah memiliki pekerjaan dan lulus kuliah, Ray mengirimkan surat kepada ibunya,

“ Ayah, ibu dan adikku yang aku sayangi,apa kabar? Aku sangat merindukan kalian, sekian lama aku tidak dapat bertemu kalian.Aku mempunyai kabar gembira, kini aku sudah lulus menjalani kuliahku dan mendapatkan gelar sarjana dengan nilai yang baik dan aku sudah diterima kerja sebagai ketua ahli tekhnisi mesin di sebuah perusahaan besar. Insyaallah, minggu depan aku akan pulang kerumah. Adikku tolong beritahukan kabar kepulanganku kepada Zia. Demikian surat ananda kirim.

Tepat hari Sabtu pagi, aku berangkat menuju Yogyakarta. Tak sabar hati Ray bertemu dengan ayah ibu dan adiknya, begitupun dengan Zia. Saat tiba Ray segera mengetuk pintu rumahnya yang sudah berubah
Tokk..tok..tok..
“ Assalamualaikum, ibuu?? “  panggil ray berkali-kali, namun tak ada jawaban.
Tak lama, terdapat sahutan dari seseorang.
“ Nak rayhan ya?” sahut seorang ibu yang merupakan tetangga lama ( ibu anya)
“ iya ibu, saya rayhan anak bapak Narendra. Ibu tahu dimana keberadaan keluarga saya sekarang? Sejak pagi tidak ada yang membukakan pintu.” Jawab Ray penuh harap.
“ Maafkan ibu nak Ray, saya bingung harus menghubungi kamu kemana. Bapakmu sudah meninggal tak lama kepergianmu. Ibumu tak mampu melanjutkan pekerjaan dan menjual rumah ini bersama adikmu.” Ucap ibu.
“ ibu tau sekarang ibu saya tinggal dimana?” jawab Ray penuh cemas dan menyesal.
“ saya kurang tau, mereka pergi bersama pamanmu yang tinggal di jepara.” Jawab ibu.
“ baik ibu, saya sangat berterima kasih atas infonya.” Ucap Rayhan.
“oh ya nak, Rayhan. Ini kumpulan surat yang kamu kirim beserta weselnya. Sengaja ibu simpan, mungkin suatu saat ada yang mencarinya.” Ucap ibu.
“ sekali lagi saya ucapkan terima kasih ibu, saya mohon pamit.” Jawab Rayhan.
Rayhan pun terkejut melihat tumpukan-tumpukan surat yang ada di tangannya, ternyata setelah sekian lama ia berharap mendapat balasan dari ibunya, ternyata surat itu pun tidak pernah sampai ke tangan ibunya. Akhirnya setelah medengar info keluarganya, dengan perasaan sedih bercampur cemas Rayhan segera pergi menemui kekasih yang selama ini sangat ia cintai, ia berharap ia dapat mengetahui kabar tentang keluarganya dan kabar tentang sang pujaan hatinya itu, dan ia pun bergegas mencari rumah Zia yang selalu ia hafal.
Sesampai dirumah Zia.
“ Permisi pak, ada Zia dirumah?” tanya Rayhan
“ Zia sudah tidak tinggal disini, dia sudah pergi bersama suaminya.” Jawab ayah Zia
“ Zia sudah menikah pak? Kapan ia menikah?” Tanya Rayhan kembali
“ Putri saya, saya nikahi seminggu yang lalu bersama putra keturunan tumenggung daerah Sleman.” Jawab ayah Zia.
“ baik pak, terima kasih. Salam untuk ibu, saya Rayhan putra bapak Narendra. Saya pamit dahulu.” Pamit Rayhan.
Rayhan semakin bingung dengan keadaan ini, hubungan dengan keluarga di Jepara sudah terputus lama. Rayhan bingung harus bagaimana mengunjungi keluarganya. Kecemasan terus menghantui, peluk rindu yang selalu didambakan sekian lama tak mampu cepat ia dapatkan. Bukan kabar gembira melihat keutuhan keluarga, melainkan kesedihan keluarga yang tak pernah ia rasakan selama ini.
Karena tidak ada jaringan di handphone Rayhan,  kemudian Rayhan pun pergi ke wartel untuk menghubungi keluarganya yang berada di Jepara. Tak lama kemudian, keluarganya yang di Jepara pun mengangkat telepon dari Rayhan.
“ Assalamualaikum ” Kata Rayhan
“ Walaikumsalam ” Sahut pamannya
“ Apa benar ini dengan paman Didin? ” Tanya Rayhan
“ Iya benar, ini siapa ya? ” Sahut paman Didin
“ Ini Rayhan paman, saya mendatangi rumah ibu di Yogyakarta tapi orang bilang ibu sudah menjual rumahnya dan ikut pergi bersama paman. Saya ingin tahu bagaimana keadaan ibu sekarang?” jawab Rayhan penuh harap.
“ Alhamdulillah, paman bingung menghubungi kamu bagaimana. Ibu dan adikmu sudah tinggal bersama paman dan bibi setelah ayahmu meninggal.” Sahut paman.
“ Baik paman, saya akan menyusul ke Jepara untuk melihat keadaan ibu dan adik.” Rayhan Antusias.
Setelah mendapat kabar keberadaan ibu dan adiknya, ia segera bergegas menuju ke Jepara. Selama perjalanan Rayhan tak sabar ingin melihat wajah wanita yang selama ini selalu ia rindukan.  Setelah perjalanan panjang, ia tiba di Jepara dan menemui keluarga paman disana.
            “Tok..tok..tok”
            “Paman Didin pun membukakan pintu”
            “Paman apakah ibu ada di rumah?” Tanya Rayhan
            “Rayhan, sebenarnya paman ingin memberitahukan sesuatu kepadamu, tapi paman tidak tega ingin membicarakan hal ini sekarang rayhan, mungkin besok paman akan beritahukan besok kepada kamu” Jawab Paman Didin
            “Ada apa paman?” Rayhan pun panik
            “sudahlah Rayhan, kamu istirahat saja, besok akan paman beritahukan kepadamu” Jawab paman Didin
            Rayhan yang panik pun pergi berlari mencari ibunya ke setiap sudut rumah, berharap ia akan bertemu dengan ibunya. Dan ternyata setelah capek mencari ke setiap sudut rumah, rayhan pun tidak menemukan ibunya. Akhirnya Rayhan pun beristirahat di hantui dengan rasa takut, dan panik karena Rayhan ingin bertemu dengan ibunya, rayhan sangat ingin melepas rasa rindu yang sudah lama terpendam di dalam hati Rayhan.
            Akhirnya keesokan harinya setelah Shalat subuh pun Rayhan pergi ke kamar pamannya, tapi ternyata Rayhan pun tidak bertemu dengan pamannya karena pamannya sudah pergi bekerja. Rasa panik pun tambah menjadi jadi di dalam hati rayhan. Akhirnya Rayhan dengan sabar menunggu kepulangan pamannya di rumah, dan akhirnya setelah menunggu lama paman Didinpun pulang ke rumah, saat yang ditunggu tunggu Rayhan untuk bertanya kepada pamannya pun tiba juga. Setelah paman Didin mandi rayhan pun bertanya kepada pamannya
            “ Paman, dimanakah ibu dan adik saya berada? ” Tanya Rayhan
            “ Nak, besok paman akan mengajakmu untuk bertemu ibu dan adikmu ” Jawab Paman
            “ Paman apa sebenarnya yg terjadi dengan ibu dan adik? Saya sangat ingin bertemu dengan mereka” Tanya rayhan
            “ Tenang saja nak, besok paman akan membawamu ke tempat mereka berada, sekarang kita makan saja dulu, pasti sejak dari tadi pagi kamu belum makan karena pusing memikirkan keberadaan ibu dan adikmu” Sahut paman
            “ baiklah paman…” jawab rayhan
            Rayhan pun kembali dihantui rasa takut, dan curiga terhadap pamannya karena setiap Rayhan bertanya kepada pamannya tentang keberadaan ibu dan adiknya pamannya selalu tidak mau menjawab, pamannya selalu mngelak dari pertanyaan itu.
            Malam pun tiba, rayhan sangat tidak tenang sepanjang malam, dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan ibu dan adiknya. Rayhan pun terjaga sepanjang malam karena ia bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu dan adiknya.
            Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun datang, Rayhan sangat bersemangat ingin bertemu dengan ibu dan adiknya. Paman pun datang menghampiri Rayhan dan mengajak Rayhan untuk pergi menemui ibunya. Perjalanan terasa begitu berbeda, rasa penasaran, rindu dan takut menghampiri Rayhan. Begitu banyak pertanyaan yang menhantui pikirannya.
“ Bagaimana keadaan ibu dan adikku?”
“ bagaimana wajah dan keharuan yang menyelimuti rasa yang amat dalam ini.” Pikiran itu yang selalu datang silih berganti.
            Selama perjalanan, paman berusaha mencairkan suasana yang tegang dengan menceritakan masa kecil Rayhan bersama ayah dan ibunya. Gelak tawa sedikit menyeruak diatara percakapan mereka. Namun hal itu tak merubah suasana hati Rayhan yang tak menentu. Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya tiba disebuah tempat yang tak diduga.
“ paman, mengapa kita sampai di pemakaman? Siapa keluarga yang ingin paman ziarahi? Tanya Rayhan dengan nada bingung.
“ ayo ikuti paman” jawab paman.
“paman aku semakin bingung, dimana ibuku paman? Kenapa paman membawaku ke tempat ini? Semakin bingung Rayhan dibuatnya.
“ Rayhan, kemari! Ini tempat ibumu yang kau cari.” Ucap paman iba tak tahan menahan haru.
“ mengapa semua ini terjadi ibu, kenapa semua meninggalkanku begitu cepat.” Rintihan Rayhan di pusara ibunya.
Lama Rayhan termenung menatap pusara ibu, menyesali tak sempat memberikan kebahagiaan untuk kedua orang tua yang ia sayangi. Pengorbanan selama ini terasa begitu sia-sia, ketika semua harapan ini mulai nyata, ia tak sempat memberikan senyuman kebahagiaan atas segala kesuksesan yang ia perjuangkan selama ini.
“ Nak, sudah jangan kau sesali yang sudah terjadi. Semua merupakan yang terbaik diberikan Tuhan untuk mereka.” Ajak paman untuk menghibur Rayhan.
“ Lalu paman dimanakah adikku sekarang berada? ” Tanya Rayhan
“ Ayo paman tunjukkan tempat adikmu berada ”  Jawab Paman
            Ternyata tak jauh dari pemakaman ibunya ada sebuah makam yang batu nisannya terpampang nama adiknya, kesedihan Rayhan pun bertambah setelah mengetahui ternyata ibu dan adiknya sudah tidak ada lagi di dunia ini.
            Belum hilang pedih kehilangan orang tua yang ia sayangi, hanya ada seorang yang ia harapakan untuk dapat ditemui namun kenyataan tak sesuai harapan, gadis kecil yang manja dan rewel padanya juga ikut meninggalkannya. Tak ada yang dapat ia jumpai selain batu nisan dan kenangan indah keluarganya.
            Isak tangis tak dapat ditutupi oleh Rayhan. Selama 4 tahun ia meninggalkan keluarganya tan bias ia memberikan yang terbaik. Untuk mempertahankan keluarganya pun semua terasa amat terlambat, tak ada lagi yang dapat ia lakukan, hanya penyesalan yang terus ia rasakan.
            “ Rayhan, sudah nak. Semua tak ada yang patut disesali.” Ucap paman.
Paman mengajaknya kembali kerumah untuk menenangkan diri, atas apa yang terjadi padanya. Sepanjang perjalanan pulang kerumah Rayhan pun menangis tersedu-sedu di dalam mobil. Akhirnya paman pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Rayhan. Sebenarnya adik dan ibunya sudah telah lama meninggal semenjak kepergian ayahnya. Sewaktu sampai di Jepara. Ibu dan adiknya depresi semenjak kepergian ayahnya, karena terlalu depresi akhirnya sewaktu ibu dan adiknya pergi menyeberang mereka tertabrak mobil dan meninggal dunia. (ZNA)