TRAGEDI SETIAP KAMIS MALAM
Cerita pendek
Pukul 16.30, suatu senja yang sangat
indah di kosan abu-abu bertingkat dua. Warna khas senja yang memancar jelas
di langit menyinari kamarku yang berada
dilantai dua. Balkon kecil merupakan tempat yang pas menghadap matahari yang
mulai tertutupi awan seperti ingin beristirahat setelah lelahnya menyinari
siang yang terasa sangat panjang. Burung-burung berterbangan balik ke sarangnya
setalah seharian mencari makan. Sore ini sangat nyaman, setelah beraktifitas di
kampus yang cukup padat.
Teringat ini dalah hari kamis,
merupakan jadwal pasar malam yang selalu rame memenuhi daerah kosanku. Lapangan
yang kira-kira berjarak dua puluh meter dari gerbang kosan, merupakan tempat
biasanya digelar berbagai jualan hingga memanjang memenuhi ruas jalan. Pedagang
yang berjualan merupakan kelompok pedagang yang setiap malam berpindah lokasi
secara dadakan. Tak heran pasar ini sering disebut pasar kaget. Tak memakan
cukup waktu, waktu berjalan hampir masuk magrib sudah banyak pedagang yang datang
dan mengambil tempat strategis untuk
berjualan.
Di sekelilingku yang jelas terdengar
adalah bunyi lagu dangdut koplo yang disetel keras oleh pedagang kaset bajakan
dengan speaker yang dibawanya, tanpa memikirkan telinga orang yang berada dekat
disana. Lapangan kosong kini berubah menjadi tenda tenda sederhana yang diisi
berbagai macam jualan dan permainan anak kecil. Hiruk pikuk warga sekitar ikut
meramaikan suasana yang memasuki malam ini. Lalu lalang kendaraan semakin
membuat keadaan padat, bahkan untuk berjalanpun sangat susah.
Puncak keramaian hingga pukul
sembilan malam. Para pengunjung yang membawa anak segera kembali kerumah.
Sebagian pedagang sudah mulai merapihkan barang dagangannya, ada yang habis ada
pula yang masih tersisa banyak. Jalanan yang padat kini mulai terasa longgar,
barisan pedagang makanan sudah mulai bubar sambil tersenyum bahagia karena
habis diborong. Suasana kini kembali hening menyelimuti malam seperti malam
yang lain. Tak ada lagi bunyi keras lagu koplo, warna warni lampu hias, dan
suara gelak tawa pengunjung. Hanya tersisa sampah yang masih banyak memenuhi
jalan.
Pukul sepuluh pintu gerbang kosan
mulai tutup, semuanya kembali kepada keadaan biasanya. Pengunjung tadi sudah
kembali kerumah setelah sejenak mengisi hiburan dan pedagang sudah kembali
kerumah masing-masing untuk kembali berkumpul bersama keluarga dengan rasa
lelah setelah menajajakan jualannya. Aku pun bergegas merapihkan tugas yang aku
tinggal sejenak, dan beristirahat untuk mempersiapkan kuliah pagi yang sudah
tertulis jelas di dinding kamarku. (zna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar