Kamis, 25 Juni 2015

TRAGEDI SETIAP KAMIS MALAM
Cerita pendek

Pukul 16.30, suatu senja yang sangat indah di kosan abu-abu bertingkat dua. Warna khas senja yang memancar jelas di  langit menyinari kamarku yang berada dilantai dua. Balkon kecil merupakan tempat yang pas menghadap matahari yang mulai tertutupi awan seperti ingin beristirahat setelah lelahnya menyinari siang yang terasa sangat panjang. Burung-burung berterbangan balik ke sarangnya setalah seharian mencari makan. Sore ini sangat nyaman, setelah beraktifitas di kampus yang cukup padat.
Teringat ini dalah hari kamis, merupakan jadwal pasar malam yang selalu rame memenuhi daerah kosanku. Lapangan yang kira-kira berjarak dua puluh meter dari gerbang kosan, merupakan tempat biasanya digelar berbagai jualan hingga memanjang memenuhi ruas jalan. Pedagang yang berjualan merupakan kelompok pedagang yang setiap malam berpindah lokasi secara dadakan. Tak heran pasar ini sering disebut pasar kaget. Tak memakan cukup waktu, waktu berjalan hampir masuk magrib sudah banyak pedagang yang datang dan mengambil tempat strategis  untuk berjualan.
Di sekelilingku yang jelas terdengar adalah bunyi lagu dangdut koplo yang disetel keras oleh pedagang kaset bajakan dengan speaker yang dibawanya, tanpa memikirkan telinga orang yang berada dekat disana. Lapangan kosong kini berubah menjadi tenda tenda sederhana yang diisi berbagai macam jualan dan permainan anak kecil. Hiruk pikuk warga sekitar ikut meramaikan suasana yang memasuki malam ini. Lalu lalang kendaraan semakin membuat keadaan padat, bahkan untuk berjalanpun sangat susah.
Puncak keramaian hingga pukul sembilan malam. Para pengunjung yang membawa anak segera kembali kerumah. Sebagian pedagang sudah mulai merapihkan barang dagangannya, ada yang habis ada pula yang masih tersisa banyak. Jalanan yang padat kini mulai terasa longgar, barisan pedagang makanan sudah mulai bubar sambil tersenyum bahagia karena habis diborong. Suasana kini kembali hening menyelimuti malam seperti malam yang lain. Tak ada lagi bunyi keras lagu koplo, warna warni lampu hias, dan suara gelak tawa pengunjung. Hanya tersisa sampah yang masih banyak memenuhi jalan.

Pukul sepuluh pintu gerbang kosan mulai tutup, semuanya kembali kepada keadaan biasanya. Pengunjung tadi sudah kembali kerumah setelah sejenak mengisi hiburan dan pedagang sudah kembali kerumah masing-masing untuk kembali berkumpul bersama keluarga dengan rasa lelah setelah menajajakan jualannya. Aku pun bergegas merapihkan tugas yang aku tinggal sejenak, dan beristirahat untuk mempersiapkan kuliah pagi yang sudah tertulis jelas di dinding kamarku. (zna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar