PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Pemberdayaan
masyarakat merupakan sebuah proses yang membangun dan meningkatkan kemampuan
dan kemandirian secara berlanjut (to be continue) dimana masyarakat ikut
berperan aktif dalam berinovasi guna meningkatkan taraf hidupnya. Indonesia
merupakan negara berkembang , dimana permasalahan yang terus bergulir ialah
upaya keluar dalam lingkaran kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu solusi yang ditawarkan untuk menurunkan tingkat kemiskinan dengan
upaya menggali potensi masyarakat secara bertahap. Dalam lingkaran kemiskinan,
pemberdayaan masyarakat bertujuan dua arah, yakni :
·
Melepaskan belenggu kemiskinan dan
keterbelakangan.
·
Memperkuat posisi lapisan masyarakat
dalam struktur ekonomi dan kekuasaan.
Begitupun
dengan masyarakat yang memiliki kekurangan fisik sehingga menjadi faktor yang
menghambat untuk berkreatifitas dalam memenuhi kehidupannya, salah satunya
ialah komunitas masyarakat tuna daksa. Kebutuhan aksebilitas tuna daksa ialah
kesempatan mendapatkan lapangan kerja, serta mampu diterima masyarakat dengan
potensi keterampilan kerja yang memadai. Penulis ingin melakukan penelitian
mengenai tuna daksa yang mendapat pembinaan di Sasana Bina Daksa Budi Bhakti
Pondok Bambu, dimana para tuna daksa mendapat pembinaan baik fisik, mental, dan
sosial sehingga tuna daksa memiliki keterampilan untuk mempermudah
beraktivitas dan berkreatifitas.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami berbagai macam konsep permbinaan, serta
data-data kondisi tuna daksa yang ada dibawah pembinaan Sasana Bina Daksa Budi
Bhakti Pondok Bambu.
b.
Tujuan
Penelitian
Dengan
melakukan penelitian ini, penulis bermaharap memperoleh manfaat yang luas,
yaitu:
1. Memperkaya
pengetahuan mengenai pemeberdayaan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan.
2. Memberikan
motivasi kepada pembaca untuk meningkatkan kepedulian terhadap pemberdayaan
masyarakat.
3. Memenuhi
tugas ujian akhir semester pada mata kuliah pemberdayaan masyarakat.
PEMBAHASAN
a.
Profile
Lembaga
·
Nama
Lembaga : Sasana
Bina Daksa Budi Bhakti Pondok Bambu
Sasana Bina Daksa Budi Bhakti Pondok Bambu didirikan pada tahun 1986
merupakan suatu unit layanan di lingkungan Dinas Bintal dan Kesos dalam
pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat tubuh. Dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta Nomor 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan
Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.
·
Alamat : Jalan Bambu
Kuning I Nomor 22 A, Rt 010/005 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit,
Jakarta Timur. 13430.
Telp. (021) 8629742
WEB : https:/binadaksa.wordpress.com
·
Visi dan
Misi
Visi
Penyandang cacat tubuh terentas dalam kehidupan yang
layak dan mandiri.
Misi
Menyelenggarakan
pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat tubuh.
·
Tugas Sasana
i.
Pelayanan Sosial
-
Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi dan seleksi.
-
Penerimaan meliputi registrasi, kelengkapan
administrasi, dan pengasramaan.
-
Asesmen meliputi penelaahan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi.
ii.
Rehabilitasi Sosial
-
Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
-
Pembinaan fisik, bimbingan mental dan sosial.
-
Bimbingan pelatihan keterampilan kerja usaha
kemandirian.
-
Resosialisasi dan reintegrasi (praktek belajar kerja
dan lingkungan kehidupan).
iii.
Penyaluran, Bina Lanjut dan Terminasi
-
Penyaluran atau rujukan.
-
Pemberian bantuan stimulan usaha kerja kemandirian.
-
Monitoring, konsultasi, asistensi dan pemantapan.
-
Pemutusan hubungan (telah dapat hidup mandiri).
·
Fasiltas
Sasana
i.
Asrama
-
Kapasitas tampung 40 orang
-
Realitas binaan 40 orang
ii.
Personalia
-
Pegawai organik 4 orang
-
Pramusosial 10 orang
iii.
Sarana dan Prasarana
-
Kantor
-
Asrama (Putra/Putri)
-
Aula/Ruang Bimbingan
-
Ruang Konsultasi
-
Ruang/Bengkel Kerja
-
Ruang Pameran Hasil Karya
-
Ruang Makan
-
Dapur
-
Sarana Ibadah
-
Sarana Olahraga
-
Kendaraan Operasional
-
Rumah Dinas
-
Taman/Kebun
Warga Binaan Sosial (WBS) Sasana
Bina Daksa Budi Bhakti Pondok Bambu terdiri dari laki-laki dan perempuan
penyandang cacat tubuh paraplegia. Cacat tubuh paraplegia adalah kecacatan yang
disebabkan oleh kecelakaan dan mengakibatkan kerusakan susunan syaraf sehingga
kedua anggota gerak bawah (tungkai) menjadi layuh dan tidak dapat digerakan.
Untuk dapat melakukan aktivitas/gerak/ kegiatan sehari-hari secara mandiri
mereka menggunakan alat bantu mobilitas berupa kursi roda.
Ktriteria untuk menjadi warga binaan
sosial ialah:
-
Cacat Tubuh Paraplegia
-
Warga DKI Jakarta
-
Laki-laki / Perempuan
-
Usia 15 tahun s.d. 35 tahun
-
Sehat jasmani dan rohani
-
Mampu latih dan mampu didik
-
Mampu melakukan aktivitas untuk keperluan
dirinya
-
Rujukan dari Dinas Bintal dan Kesos
Setelah memenuhi kriteria tersebut, terdapat pula persyaratan administrasi yang
harus dipenuhi yaitu :
-
Fotocopy KTP dan KK DKI Jakarta
-
Surat keterangan dokter,
-
Surat rujukan dari Dinas Bintal dan Kemensos
-
Mengisi formulir biodata
-
Surat penyataan atau keterangan.
Bina Daksa Budi Bhakti
memprioritaskan untuk warga DKI Jakarta, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
menerima warga binaan dari luar Jakarta dengan persyaratan tambahan berupa
surat rekomendasi dari pusat serta
terdapat kuota untuk diterima di asrama. Warga Binaan Sosial dapat menerima
pembinaan hingga usia 60 tahun, setelah itu akan dipindahkan ke Panti Werda. Sebagaimana
bahwa tugas utama Sasana Bina Daksa Budi Bhakti melindungi masyarakat dengan
klasifikasi cacat parapelgia sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai
SK Gubernur dan diperkuat dengan Pasal 34 : “Fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”.
Sehingga
tanggung jawab pemerintah untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang memenuhi
kehidupan masyarakat dari setiap lapisan dan golongan untuk dapat hidup sesuai
harkat dan martabat kemanusiaan
b.
Aktivitas
Program / Kegiatan
Panti pelayanan sosial yang terbentuk
dalam wadah bernama Bina Daksa Budi Bhakti Pondok Bambu ini, tidak hanya
membina dalam asrama saja tetapi prioritas terhadap pembinaan mental dan
keterampilan warga binaan sosialnya. Data terakhir pada Desember 2016 terdapat
40 orang warga binaan sosial terdiri dari 32 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan.
Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan
untuk warga binaan sosial, terbagi menjadi 2 bidang pembinaan yaitu pembinaan
secara mental spiritual dan pembinaan keterampilan mandiri. Pembinaan mental
spiritual ini merupakan kegiatan keagamaan yang di khususkan untuk warga binaan
sosial sesuai dengan keyakinannya. Sedangkan pembinaan keterampilan ini
merupakan kegiatan penunjang kemandirian warga binaan sosial untuk tetap berkarya dan merupakan bekal untuk
kegiatan selanjutnya melangsungkan kehidupan seperti masyarakatnya lain.
Berikut beberapa kegiatan keterampilan :
-
Olahraga ( catur, senam, tenis )
-
Service elektro dan las
-
Menjahit dan kristik
-
Membuat kartu ucapan
-
Papertole
-
Pendidikan komputer
-
Mengajar ( private les bahasa inggris
dan matematika)
-
Tanaman hias
-
Pembinaan kesenian
Semua kegiatan yang dilakukan dalam
sasana merupakan kegiatan gratis dari Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta. Mulai
dari asrama hingga pelatih merupakan tanggungan pemerintah yang dibayarkan
secara online langsung kepada pihak yang bersangkutan. Dari semua kegiatan ini,
paling banyak yang diminati ialah pembinaan mental spiritual dalam kegiatan
keagamaan.
|
Nama Kegiataan
|
Kegiatan Keagamaan
|
|
Latar Belakang
|
Kegiatan ini merupakan kegiatan dasar
namun tidak bersifat wajib. Dimana kegiatan ini didasarkan atas kepercayaan
masing-masing warga binaan sosial. Pada program ini sangat banyak peminatnya,
karena agama merupakan dasar dalam kehidupan, dimana dengan adanya kegiatan
agama ini warga binaan sosial dapat kembali mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, menerima keadaan sebagai takdir dan mengembalikan semangat untuk memulai
kehidupan yang baru.
Kegiatan ini terus berlanjut dan
mendapat dukungan banyak dari warga binaan sosial, selain sebagai wadah
mendekatkan diri pada Tuhan YME, program ini juga menjadi wadah silaturahmi
antar warga binaan sosial seperti keluarga. Maka dari itu program keagamaan
ini sangat penting dan sumber awal kekuatan yang memberi pencerahan kehidupan
terhadap warga binaan sosial di Sasana Bina Daksa Budi Bhakti.
|
|
Waktu Pelaksanaan
|
Jumlah yang mengikuti :
Islam : 32 orang
Kamis, 19.30 – selesai
Ceramah, penguatan mental secara
psikologis dan tahlilan.
Nasrani : 8 orang
Sabtu / minggu (disesuaikan dengan
jema’at)
Penguatan mental dan doa
|
|
Target Pencapaian
|
Target dari program keagamaan ini
ialah memberikan kekuatan jiwa terhadap warga binaan sosial untuk dapat
menerima keadaan seutuhnya bahwa semua merupakan takdir Tuhan YME. Warga
binaan sosial dapat meningkatkan nilai ketaqawaan serta mampu memberikan
semangat baru untuk terus melanjutkan kehidupan.
|
|
Hasil Program
|
Setelah secara rutin kegiatan
keagamaan dilaksanakan, warga binaan sosial mampu menekan tingkat emosi,
mengendalikan pikiran sehingga mau untuk terbuka dengan kehidupan luar.
Keinginan untuk beradaptasi serta menerima keadaan seutuhnya bahwa bukan
sebuah penghalang besar untuk berkarya.
Tingkat kepercayaan diri warga binaan
sosial meningkat dan berani untuk berwirausaha dan bekerja.
|
|
Tindak Lanjut Kegiatan
|
Kegiatan terus berlanjut secara rutin,
ditambah antusias warga binaan sosial semakin tinggi.
|
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Sasana
Bina Daksa Budi Bhakti merupakan program pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
berdasarkan SK Gubernur Nomor 163 tahun 2002, yaitu berupa fasilitas masyarakat
yang dikhususkan untuk memnuhi kehidupan masyarakat yang termasuk dalam
klasifikasi cacat parapelgia. Para penerima bantuan yang masuk di dalam daftar
Sasana Bina Daksa ini dinamakan warga binaan sosial yang berjumlah 40 orang,
dibantu oleh 17 engurus dan didampingi oleh tutor atau pelatih yang mengisi
materi keterampilan. Warga binaan sosial mendapat berbagai pembinaan aktivitas
atau ketrampilan disertai dengan fasilitas yang memadai untuk menunjang
kegiatan.
Dari
data yang disampaikan, bahwasannya yang terpenting untuk warga binaan sosial
adalah motivasi diri untuk percaya dan menerima keadaan sebagai suatu takdir
bukan untuk membenci keadaan. Salah satu cara meningkatkan kepercayaan diri
melalui program keagamaan, dimana satu-satu nya jalan kembali dalam kehidupan
adalah mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Bukan ketika dalam keadaan susah saja
tetapi nilai agama harus terus memenuhi relung hati dalam setiap kejadian yang
terjadi dalam hidup. Dari hasil program keagamaan, warga binaan sosial dapat
menerima keadaan diri dengan syukur dan dijadikan sebagai takdir Tuhan, semakin
dekat dengan Tuhan YME, meningkatnya semangat untuk bangkit dari keterpurukan
dan memulai beraktivitas kembali.
b.
Saran
Diperlukannya lagi
peninjauan terhadap hasil program pada setiap panti sosial khususnya dibawah
pembinaan langsung pememrintah. Karena kesejahteraan sosial bukan milik
masyarakat yang sempurna saja, maka kesetaraan fasilitas juga harus menjadi
prioritas bagi penyandang disabilitas dalam beraktivitas. Membuka usaha kecil
yang khusus untuk penyandang disabilitas, sehingga terpenuhi tujuan dari
pemberdayaan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar