Jumat, 15 April 2016


Nama  : Zahratun Nihayah
Nim     : 1113-046000-024
Perekonomian Indonesia
“ Kebijakan-Kebijakan dalam Pembangunan Ekonomi ”
             Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
            Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi pada negara berkembang tentunya tidak semudah yang diharapkan, karena adanya berbagai persoalan seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, letak geografis, maupun kebijakan pemerintah itu sendiri. Bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan sejak zaman kemerdekaan hingga saat ini (masa reformasi) juga mengalami banyak masalah yang menjadi penghambat dalam pembangunan.
Pemerintahan Presiden Soekarno pada era Orde Lama dengan kebijakan-kebijakannya dianggap rakyat Indonesia sebagai kepemimpinan yang kurang menyenangkan karena krisis ekonomi yang sering melanda. Permasalahan ekonomi, seperti memburuknya neraca perdagangan dan merosostnya devisa yang sebagian besar merupakan akibat dari defisit anggaran pemerintah mendorong untuk dilaksanakan sebuah “gebrakan” baru untuk mengatasi masalah-masalah yang melilit rakyat Indonesia tersebut yang disebabkan kebijakan Soekarno yaitu anti-bantuan asing dan blokade terhadap kreditor dan investor modal asing di dalam negeri.
Kebijakan-kebijakan Soekarno pun tumbang karena banyak masyarakat yang kecewa terhadap sosialisme ala Indonesia versi Soekarno. Bersamaan dengan runtuhnya rezim Soekarno, hilanglah slogan “politik sebagai panglima” yang dicanangkan oleh para pendukung rezim itu, dan muncullah slogan baru “ekonomi sebagai panglima” yang diciptakan oleh para pembuat pendapat umum yang sebelumnya ditindas oleh rezim tersebut (Mas’oed 1989).
v  Masalah pokok yang dihadapi serta kebijakan-kebijakan dalam pembangunan ekonomi Indonesia tentu berbeda dari waktu ke waktu , berikut penjelasan sesuai periodenya :
a.      Periode 1945-1950
Masalah pokok pada bidang ekonomi yang dihadapi antara lain:
-          Struktur ekonomi yang tidak seimbang, peranan sektor pertanian sangat dominan dan relatif kurang diversifikasi sehingga sangat mempengaruhi gejolak harga di pasar dunia.
-          Sebagian besar jumlah penduduk tinggal di pulau Jawa (pusat)
-          Tenaga beli masyarakat rendah.
Menghadapi masalah demikian, diterapkan kebijakan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dengan cara memperbaharui tenaga produktif dan industrialisasi dengan dasar agraris (Rencana Hatta 1947). Namun tidak dapat dilaksankaan karena kurang dukungan stabilitas politik dan keamanan.
b.      Periode 1951-1955
Masalah pokok pada periode ini merupakan produk dari periode sebelumnya, yaitu:
-          Inflasi tidak terkendali
-          Penggunaan surplus perdagangan tidak terarah
-          Kebijakan keuangan tidak mendorong investasi
-          Kabinet silih berganti, program pembangunan tidak berkesinambungan
Dalam menghadapi masalah yang semakin sulit disusun Rencana Urgensi Perekonomian yang diusulkan oleh Sumitro Djojohadi Kusumo, untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dengan cara:
·         Mendorong berkembangnya industri kecil dan besar
·         Menggiatkan koperasi
·         Pemerintah berperan secara dominan

c.       Periode 1956-1960
Masalah pokok periode ini, antara lain:
-          Naiknya biaya hidup masyarakat (inflasi)
-          Kesulitan yang diderita industri baru. Akibat dibebaskannya impor
-          Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara
-          Mundurnya produksi barang-barang
Dalam menghadapi masalah tersebut, Biro Perancang Negara dibawah kabinet Djuanda menyusun rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (1956-1960).
d.      Periode 1961- 1965
Para periode ini masalah yang dihadapi semakin kompleks, dimana perekonomian Indonesia mengalami ketidakstabilan dalam moneter, budget, nerava pembayaran serta sektor produksi dan konsumsi. Masalahnya ialah:
-          Tingkat inflasi semakin meningkat yang memperburuk keadaan perekonomian
-          Terjadi pemberontakan tahun 1957  di sumatera dan sulawesi yang mengakibatkan peningkatan pengeluaran untuk pertahanan
-          Nilai dasar tukar Indonesia memburuk
-          Produksi ekspor menurun
-          Impor beras semakin besar nilainya
Pada situasi demikian, Dewan Perancang Nasional diketuai oleh M. Yamin (1961) menyusun Rencana Pembangunan Nasional Semesta Bencana (1961-1969) yang dikenal dengan tiga program pokok
·         Mencukupi kebutuhan pokok rakyat
·         Meningkatkan kewibawaan pemerintah
·         Melanjutkan perlawanan terhadap kapitalisme dan imperealisme
Puncak perkembangan perekonomian pada periode ini adalah tingkat inflasi yang mencapai 650% pada tahun 1965-1966.
e.      Periode 1966-1968
Dikenal sebagai periode stabilisasi (pengendalian inflasi) dan rehabilitasi (pemulihan produksi). Program jangka panjang :
·         Program pembangunan sektor pertanian
·         Pembangunan seltor prasarana
·         Pembangunan sektor industri.

f.        Periode 1968/ 1970-1973/1974
Masalah pokok :
-          Perekonomian semakin terbuka (gejolak perekonomian Internasional)
-          Daya beli masyarakat rendah (industri menurun)
-          Kesenjangan pendapatan antar golongan dan daerah
-          Pengawasan pembangunan dirasakan masih sangat lemah

Pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) berdasarkan Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966. Strategi dasar diarahkan pada pencapaian stabilitas nasional (ekonomi dan politik) dan pertumbuhan ekonomi terfokus pada sektor pertanian dan industri yang menunjang pertanian.

g.      Periode 1974/1975- 1978/1979
Masalah pokok ialah pemerataan pembangunan perekonomian Indonesia dan masalah yang belum selesai pada Repelita I yaitu perluasan kesempatan kerja dan berusaha.. Pada Repelita II pelaksanaan pembangunan harus bertumpu pada Trilogi Pembangunan yaitu :
·         Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi selruh rakyat
·         Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
·         Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Masalah pada periode selanjutnya terus kompleks hingga saat ini, dimana munculnya permasalahan baru dan juga masalah pada periode sebelumnya yang belum mampu terpechkan. Hal ini merupakan suatu masalah yang sangat menghambat pembangunan ekonomi Indonesia.
v  Kebijakan Pembangunan dan Konsep Tinggal Landas
Teori Rostow sangat berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan di Indonesia.
Repelita I
Meletakkan tiitk berat pembangunan pada sektor pertanian dan industri
yang mendukung sektor pertanian.
Repelita II
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku
Repelita III
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
Serta mningkatkan industri mengolah bahan baku menjadi bahan jadi
Repelita IV
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan
Usaha-usaha menuju swasembada pangan
Repelita V
Meletakkan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan
Swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian
Repelita VI
Meletakkan titik berat pada bidang ekonomi dengan keterkaitan antara
Industri dan pertanian, serta bidang pembangunan lainnya.

v  Macam-Macam Kebijakan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan nonekonmi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a.      Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana  dan diwilayah mana perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Contoh kebijakan pemerintah :
§  Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer dengan para pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan.
§   Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua sektor ekonomi.
§   Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
§  Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen atau konsumen.

b.      Kebijakan Meso
Kebijakan Meso di bagi menjadi 2 arti yaitu :
1.       Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditunjukan pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah mengeluarkan kebijakan sendiri, yang bisa sama / berbeda, untuk sektornya. Kebijakan ini mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, sistem pengadaan bahan baku, ketenagakerjaan, termasuk system penggajian, investasi, jaminan sosial bagi bekerja dan sebagainya.
2.      Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi yang ditunjukan pada wilayah tertentu. Misalnya, kebijakan industri regional dikawasan timur Indonesia (KTI) yang menyangkup kebijakan industry regional, kebijakan investasi regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan infrastruktur regional, kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah daerah,kebijakan distribusi pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan perdagangan regional, dan sebagainya. Kebijakan ekonomi regional bisa dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

c.       Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi kebijakan meso (sektoral atau regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan intervensi langsung di pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus Tambunan, 1996).
Berikut ini contoh kebijakan makro,yaitu :
1.       Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
-          Kebijakan moneter kuantitatif
 Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif biasanya berupa campur tangan bank sentral secara langsung terhadap kebijakan perbankan. Maksudnya, bank indonesia berperan sebagai regulasi dan bertindak secara aktif dalam kegiatan pasar uang. Adapun beberapa instrumen yang termaksud dalam kebijakan moneter kuantitatif,yaitu :
1.                                    Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) adalah adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
2.                                    Fasilitas Diskonto (Discount Rate) adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
3.                                    Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
-          Kebijakan moneter kualitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya berupa pengawasan dan imbauan bank sentral kepada kegiatan perbankan. Maksudnya, bank sentral ( bank Indonesia) tidak campur tangan secara langsung.
1.      Pengawasan pinjaman secara selektif ( kredit selektif)
Yaitu kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi corak pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank
2.      Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

v  Pemerintah Republik IndonesiaI pada tanggal 23 Agustus 2013 telah mengumumkan 4 (empat) paket kebijakan ekonomi baru, yaitu:
1)      Paket pertama dibuat untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Dalam paket ini, pemerintah akan melakukan beberapa langkah yang meliputi:
-          mendorong ekspor dan memberikan keringanan pajak kepada industri yang padat karya, padat modal, dan 30% hasil produksinya berorientasi ekspor
-          menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar untuk mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor;
-          menetapkan pajak barang mewah yang lebih tinggi untuk mobil CBU dan barang-barang impor bermerek dari rata-rata 75% menjadi 125% hingga 150%; dan
-          memperbaiki ekspor mineral.
2)      Paket kedua dibuat untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Dalam paket ini, pemerintah akan melakukan beberapa langkah yang meliputi:
-          memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman.
-          memberikan insentif kepada industri padat karya, termasuk keringanan pajak.
3)      Paket ketiga dibuat untuk menjaga daya beli. Dalam paket ini, pemerintah akan melakukan beberapa langkah yang meliputi
-          berkoordinasi dengan BI untuk menjaga gejolak harga dan inflasi;
-          mengubah tata niaga daging sapi dan hortikultura dari impor berdasarkan  kuota menjadi mekanisme impor dengan mengandalkan harga
4)       Paket keempat dibuat untuk mempercepat investasi. Dalam paket ini, pemerintah akan melakukan beberapa langkah yang meliputi:
-          mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perijinan investasi;
-          mempercepat revisi peraturan Daftar Negatif Investasi (DNI);
-          mempercepat investasi di sektor yang berorientasi ekspor dengan memberikan insentif; dan
-         
Jakarta, 28 Mei 2015 - Pemerintah telah menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2016 pada Rapat Paripurna DPR tanggal 20 Mei 2015. Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015-2019. Arah kebijakan RPJMN dalam periode ini merupakan tahapan dalam mewujudkan visi pembangunan jangka panjang yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Tema yang diangkat adalah “mewujudkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing, perekonomian kompetitif dengan berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas, serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat”. Pencapaian sasaran tersebut selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 yang mengambil tema  “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas”. 
http://www.kemenkeu.go.id/en/node/45948
mempercepat renegosiasi kontrak karya pertambangan.





















Daftar Pustaka :

Adisasmita, Rahadrdjo., (2013) Teori-teori Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta; Graha Ilmu
Subandi., (2012) Ekonomi Pembangunan, Bandung; Alfabeta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar